Krisis Thailand Perkuat Posisi Pasar Finansial RI
21/09/2006 02:11:55 WIB
JAKARTA, investordaily
Kudeta militer di Thailand dinilai akan berdampak positif dan
memperkuat posisi pasar finansial Indonesia. Aliran dana masuk
akibat terjadinya capital outflow di Thailand akan mengangkat
nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) untuk
perdagangan jangka pendek.
Sementara itu, pada perdagangan Rabu (20/9) IHSG hanya melemah
6,04 poin ke level 1.479,307 dari perdagangan sebelumnya yang
berada di level 1.485,349. Sedangkan posisi nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS sedikit melemah ke level 9.170 per dolar AS,
dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di
level 9.155 per dolar AS.
Beberapa analis berpendapat, krisis politik yang terjadi di
Thailand diperkirakan bakal memicu terjadinya aliran dana keluar
(capital outflow) dari sejumlah manajer portofolio. Dana
tersebut akan ditempatkan di beberapa negara emerging market
termasuk Indonesia.
Nanti kita perhatikan bila pasar finansial Thailand dibuka.
Diperkirakan akan terjadi aksi cut loss dari beberapa manajer
portofolio. Dana mereka diperkirakan akan ditempatkan di
beberapa pasar emerging market termasuk Indonesia,? papar analis
PT Phillip Securities Indonesia Mustafa Kamil kepada Investor
Daily, di Jakarta, Rabu (20/9).
Menurut dia, krisis politik Thailand tidak akan berdampak serius
terhadap pasar uang dan saham di Indonesia. Rontoknya rupiah dan
indeks saham lebih dipicu oleh faktor internal.
Kamil berpendapat, pelaku pasar saat ini lebih fokus pada aksi
Bank Indonesia yang diperkirakan menurunkan lagi suku bunga jika
pertemuan The Fed 20 September waktu AS tetap mempertahankan
tingkat bunga 5,25%.
Kendati demikian, aksi kudeta militer Thailand terhadap Perdana
Menteri Thaksin Shinawatra berpengaruh negatif terhadap
pergerakan bursa saham di pasar emerging market lainnya. Indeks
bursa saham utama di kawasan Asia Pasifik, kecuali Hang Seng
Index Hong Kong terkoreksi pada perdagangan Rabu (20/9).
Penurunan terbesar terjadi pada Manila Composite Index sebesar
50,8999 poin (1,99%) ke level 2.512,76, disusul Australia All
Ordinaries Index 53,2002 (1,06%) ke level 4.962,50, dan Tokyo
Nikkei 225 155,6104 (0,98%) ke posisi 15.718,67. Sebaliknya,
Hang Seng justru menguat 166,2617 poin (0,96%) ke posisi
17.512,96.
Rupiah Masih Stabil
Sementara itu, pengamat perbankan Fendi Susiyanto menilai,
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bukan merupakan
reaksi atas kudeta militer di Thailand.?Pengaruh kudeta militer
Thailand secara global sebenarnya tidak terlalu besar, mengingat
posisinya tidak terlalu dominan seperti di Cina dan Jepang,?
kata dia.
Menurut Fendi, Indonesia setidaknya bisa meraup keuntungan dari
adanya pengalihan alokasi investasi Thailand. Dia menilai,
kondisi politik dan makro ekonomi dalam negeri terhitung baik
dan berpotensi sebagai tempat penampung hot money.
Dalam jangka pendek, lanjut dia, instrumen investasi seperti
saham yang berpotensi memberikan keuntungan besar dalam waktu
singkat akan meningkat. ?Investor Thailand melihat kondisi
politik di negaranya berhati-hati dan cenderung mengamankan
posisi ke negara lain seperti Indonesia. Saham bisa menjadi
pilihan potensial,? katanya.
Krisis politik di Thailand berdampak negatif terhadap pergerakan
sejumlah mata uang regional. Mata uang bath Thailand mengalami
kejatuhan hingga 1,3% menjadi 37.77 per dolar AS dibandingkan
perdagangan sebelumnya sekitar 37.29 per dolar AS. Penurunan
tersebut merupakan yang tertinggi setelah Juli 2002.
Wakil Presiden Brow Brothers Harriman & Co Nick Bennenbroek,
seperti dikutip Bloomberg mengungkapkan, pihaknya memprediksi
pelemahan mata uang bath masih berlanjut sehingga berdampak pada
penurunan indeks pasar saham Thailand cukup tinggi.
Sementara Managing Director Marc Faber Ltd Mar Faber
menjelaskan, kudeta militer yang melanda Thailand tersebut akan
menciptakan suatu ketidakpastian. Meskipun, kudeta tersebut
sudah selesai, pelaku pasar juga belum mengetahui jenis
pemerintah seperti apa yang akan terbentuk.
Kudeta tersebut juga sempat menimbulkan kegoncangan sejumlah
mata uang regional. Di antaranya, mata uang peso Filipina juga
turun hingga 0,2% menjadi 50.23 per dolar AS, dan ringgit
Malaysia turun 0,1% menjadi 3.6860 per dolar AS, dan mata uang
yen Jepang menguat sekitar 0,4% menjadi 117.30 per dolar AS.
Namun demikian, penurunan sejumlah mata uang regional tersebut
berangsung-angsur pulih hingga penutupan.
Sementara itu, Chief Economist CIMB GK Securities Indonesia
Kahlil Rowter menjelaskan, dampak kudeta militer Thailand hanya
merupakan reaksi sesaat. Namun, pengalihan dana ke Indonesia
terhitung sulit, mengingat posisi price to earning Indonesia
sudah mahal.
Secara politik dan makro Indonesia lebih baik dari Thailand,
tapi pengalihan dana tidak bisa dijamin,? jelas dia.
Kudeta militer Thailand, lanjut dia, tidak berdampak signifikan
atas pergerakan pasar global. Yang lebih berbahaya yakni
penurunan pertumbuhan ekonomi dunia yang dipicu oleh AS
Sedangkan analis PT Danasakti Securities Arief Budisatria
berpendapat, krisis politik di Thailand tidak begitu berdampak
signifikan terhadap pergerakan pasar saham Indonesia. Sebab,
kudeta terjadi begitu cepat dan tidak menyebabkan ekses besar
bagi perekonomian negara itu. Oleh sebab itu, pasar Asia
menanggapinya tidak begitu serius. ?Kita tahu, Hang Seng Index
ditutup rebound dan bursa Asia Tenggara lain terkoreksi tipis,?
jelasnya.
Menurut dia, kudeta lebih berpengaruh kepada pergerakan nilai
tukar mata uang regional, seperti nilai tukar rupiah yang
ditutup melemah terhadap dolar AS sekitar 17,35 poin menjadi Rp
9.176 dari sebelumnya Rp 9.157. (mdn/gie/hut/asp)
No comments:
Post a Comment