Indeks Tembus ke Level 1.572
14/10/2006 03:17:00 WIB
JAKARTA, Investor Daily
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta atau BEJ kembali mencatat rekor baru pada penutupan perdagangan Jumat (13/10). Indeks menguat 22,66 poin atau naik 1,46% menjadi 1.572 dari perdagangan sebelumnya.
Salah satu pemicu utama kenaikan indeks yakni menguatnya semua bursa regional dan global. Kenaikan indeks bursa global ditopang membaiknya makro ekonomi Amerika Serikat seperti inflasi. Pada penutupan perdagangan kemarin, sejumlah bursa regional dan global berhasil mencetak rekor tertinggi baru, antara lain Hang Seng dan Dow Jones. Bahkan, bursa Hong Kong menembus level 1.800, tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Analis pasar modal dari Evergreen Capital Edwin Sebayang mengatakan, penguatan indeks terutama dipicu Dow Jones yang sejak berdiri 110 tahun baru sukses mencapai posisi tertinggi, yakni 11.947 atau naik 95 poin dari posisi sebelumnya.
“Recovery yang terjadi pada perusahaan-perusahaan AS tentu di luar ekspektasi para analis. Sebab, inflasi di negara adikuasa itu cukup rendah. Sentimen positif tersebut turut mendorong pergerakan indeks regional dan global,” ujar dia kepada Investor Daily di Jakarta, kemarin.
Edwin mengatakan, kenaikan indeks juga dipicu sentimen positif dari penurunan harga minyak dunia. Harga minyak mentah dunia kini berada di level US$ 58 per barel atau turun dari sebelumnya US$ 70 per barel.
Dari sisi suku bunga, lanjut dia, Bank Sentral AS diperkirakan menurunkan suku bunga The Fed pada pertengahan 2007. Hal sama dilakukan Bank Indonesia (BI). “Suku bunga SBI diperkirakan turun 9,75% hingga 10,25%. Sedangkan 2007 berpotensi turun sampai 8%,” tandas dia.
Faktor positif lain berasal dari stabilnya inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga kinerja perusahaan diperkirakan membaik. Menurut dia, investor dalam tiga atau dua bulan terakhir ini akan banyak mengubah portofolionya. Dengan begitu, tandas dia, IHSG bergerak lebih atraktif.
Ketika ditanya kemungkinan indeks bisa menembus level di atas 1.600 hingga akhir tahun ini, dia mengatakan peluang itu sangat terbuka. Bahkan target bisa tercapai pada awal atau pertengahan November 2006.
Dia memperkirakan, dalam perdagangan selama pekan mendatang, investor ingin mengamankan posisinya, sehingga kemungkinan terjadi aksi ambil untung (profit taking).
Menurut Edwin, dana pensiun akan menempatkan sekitar Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun untuk pasar obligasi dan pasar saham.
Sedangkan analis Reliance Securities Pardomuan Sihombing menilai, kenaikan indeks dipicu bursa regional yang positif. Faktor penggeraknya yaitu ekspektasi bank sentral AS untuk tetap mempertahankan suku bunga The Fed.
“Pasar melihat, keputusan mempertahankan posisi The Fed atau bahkan menurunkannya terbuka lebar. Hal tersebut didukung oleh data yang menunjukkan adanya perbaikan ekonomi negara adidaya tersebut,” jelas dia.
Pelaku pasar, lanjut dia, menyambut baik sentimen positif tersebut, sehingga memicu aksi beli secara agresif.
Sama dengan pendapat Edwin, Pardomuan menegaskan menguatnya bursa Dow Jones hingga di atas 1.900 ikut memicu sentiment positif bagi pelaku pasar. Turunnya harga minyak juga merupakan informasi menggembirakan bagi investor. Dia menilai, kedua sentimen tersebut direspons baik oleh pemodal lokal.
Menurut Edwin, sektor infrastruktur menjadi penopang utama pertumbuhan indeks, sehingga naik 9,10 poin menjadi 652,89 dari sebelumnya 643,78. Sektor lainnya yakni pertambangan, keungan, dan konsumsi.
Analis PT Phillip Securities Indonesia Mustafa Kamil menambahkan, keberhasilan indeks terdorong pergerakan positif indeks regional yang mengalami pembalikan arah (rebound) pascapenurunan sebelumnya.
Dia mengatakan, arah indeks akan bergerak sesuai platform fibonachi retracement 161,8% di level 1.750 sebagai batas tertinggi sebelumnya. "Jadi level 1.600 sepertinya akan mudah dicapai tahun ini," jelasnya. (asp/mdn/rad)
No comments:
Post a Comment