Penjualan Merosot, Harga Saham KIJA Berpotensi Turun
Penjualan Merosot, Harga Saham KIJA Berpotensi Turun
JAKARTA - Selama triwulan pertama 2004, penjualan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) tercatat Rp 59 miliar atau turun 49,2 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 88 miliar. Penurunan tersebut disebabkan lesunya iklim investasi di kawasan industri Jababeka.
Sementara itu, perolehan laba bersih sama dengan periode tahun 2003, yakni sebesar Rp 6 miliar. Untuk itu, KIJA akan mengubah fokus usaha yang semula kawasan industri ke perumahan komersial dengan rasio 50:50. Perubahan orientasi dilakukan karena kawasan industri dinilai sudah kelebihan persediaan.
Selain itu, KIJA juga berencana membangun pusat bisnis, mal dan apartemen tepat di samping Menara Batavia, dengan perkiraan investasi sebesar Rp 800 miliar. Pengerjaan proyek diharapkan sudah dapat dimulai Oktober tahun ini. Proyek itu sendiri diperkirakan menggunakan lahan seluas dua hektar di wilayah Karet, Jakarta Pusat dengan pembiayaan akan diupayakan dari pinjaman bank.
Sementara itu, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa KIJA menyetujui penurunan nilai nominal saham seri A dari Rp 1.000 menjadi Rp 500 dan seri B menjadi Rp 75 dari Rp 150. Selain itu, disetujui pula menurunkan modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan menjadi Rp 1,3 triliun dari Rp 2,6 triliun. Penurunan disebabkan perseroan akan melakukan kuasi reorganisasi sehingga KIJA perlu menunjukkan nilai perusahaan tidak defisit lagi, karena pada tahun sebelumnya saldo laba KIJA masih negatif Rp 1,5 triliun.
Naik Signifikan
Saham-saham di sektor properti, tak terkecuali saham KIJA sejak empat hari perdagangan terakhir mengalami kenaikan cukup signifikan. Posisi tertinggi harga saham KIJA dicapai pada pada perdagangan awal pekan ini yang berada pada level Rp 110, naik Rp 10 dari pekan sebelumnya. Terakhir, saham KIJA menyentuh level Rp 110 pada tanggal 22 April 2004.
Menurut analis PT Eficorp Sekuritas, Prasti Rindrawati, kenaikan harga KIJA bisa jadi karena dukungan tingginya likuiditas dan volume yang besar. Hanya saja, ia menilai tren kenaikannya telah mulai memasuki titik jenuh yang membuat potensi terjadinya koreksi di saham ini besar.
Pertimbangan lain, saham ini pada perdagangan Senin (12/7) telah melampaui target resistance-nya di Rp level 100. Ditambah kondisi pasar yang kemungkinan masih akan sepi, ia melihat potensi penurunan di saham ini lebih besar.
Pendapat berbeda disampaikan Mustafa Kamil, analis Phillip Securities Indonesia yang melihat KIJA secara umum masih berada dalam tren menguat. terlebih atraktifnya pasar paska pemilihan presiden tahap pertama ikut memberi dukungan. Dari segi teknikal, tren menguat saham KIJA menurutnya telah terjadi sejak perdagangan 20 hari terakhir.
Kisaran saham sebelumnya, menurut Mustafa, berada antara support Rp 65 dan resistance Rp 95. Harga saham saat ini yang berada di level Rp 110 sedang berusaha menuju level tertinggi. ”Tampaknya harga saham sedang berusaha mencapai target harga sebelum stock split di Rp 150-an,” jelas dia.
Lumayan Bagus
Dari sisi fundamental, KIJA lumayan bagus dengan price to book value 0,88 kali dan itu relatif murah. Sedang price earning ratio (PER) KIJA dinilai cukup tinggi mencapai 35 kali. Dengan nilai penjualan sepanjang kuartal pertama 2004 hanya Rp 59 miliar, earning per share saham hanya Rp 2 saja, sementara nilai buku (book value) sebesar Rp 85.
Prasti mengaku, kesulitan untuk merekomendasi saham ini. Jika direkomendasi jual atau profit taking tampaknya masih sulit untuk mengambil gain akibat pergerakannya yang relatif stagnan, sehingga susah bagi investor untuk keluar. Sementara bagi Mustafa, untuk kisaran perdagangan yang baru, saham KIJA berada pada level support Rp 85 dan resistance Rp 110.
“Dengan mempertimbangkan tren saham yang masih menguat, sebenarnya investor bisa mengakumulasi saham ini. Namun Mustafa menegaskan, investor masih harus mendapat validasi dari kondisi fundamental saham dan sentimen yang berkembang di pasar.
(SH/danang jm)
Copyright © Sinar Harapan 2003
No comments:
Post a Comment