Pantaskah kita menyebut " Wahabi "
Pantaskah kita menyebut " wahabi "
Posted by: "Muhammad Abdurrahman" izzudin80@yahoo.com
Tue Dec 26, 2006 11:13 pm (PST)
Asslamualaikum wr. wb.
Seringkali dalam masyarakat kita, kita dapati sebutan wahabi.Menolak Tahlilan, disebut Muhammadiyah, Wahabi dsb. Menolak bertawasul kepada orang sholih yg sudah meninggal, disebut Wahabi. Melarang mendirikan bangunan megah di Kuburan, wahabi . Tentu yang paling banyak disebut, saudara saudara kita dari salafy, sering disebut sebagai wahabi.Sampai sampai dirusak musholla di NTB, karena dianggap wahabi.
Apa dan bagaimana wahabi. Tepatkan sebutan tersebut.Pantaskah kita Latah, menyebut juga sebagai wahabi, terhadap hal yg kita sendiri belum memahaminya? Mudah - mudahan tulisan dibawah berguna bagi anggota milis semua nya.
Wass Wr Wb
Jawaban:
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Al-hamdulillah, wash-shalatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'du
Sebelumnya, kami mohon maaf apabila pertanyaan anda yang sudah empat
kali itu baru bisa terjawab pada hari ini. Dan kami ucapkan
terimakasih atas kesabaran anda.
Istilah wahabi sebenarnya bukan istilah baku dalam literatur Islam.
Dan penisbahan istilah wahabi kepada sebagian umat Islam pun kurang
objektif. Meski istilah `wahabi` bila kita runut dari asal, memang
mengacu kepada tokoh ulama besar di tanah Arab yang bernama lengkap
Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi Al-Najdi (1115-1206 H atau
1703-1791 M). Namun para pendukung dakwah beliau umumnya menolak bila
dikatakan bahwa gerakan mereka adalah gerakan wahabiyah. Justru mereka
lebih sering menggunakan istilah ahlisunnah wal jamaah atau dakwah
salafiyah.
Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di 'Uyainah dan belajar Islam
dalam mazhab Hanbali. Beliau telah menghafal Al-Qur'an sejak usia 10
tahun. Dakwah beliau banyak disambut ketika beliau datang di Dar`iyah,
bahkan beliau dijadikan guru dan dimuliakan oleh penguasa setempat
saat yaitu pangeran (amir) Muhammad bin Su`ud yang berkuasa 1139-1179.
Oleh amir, dakwah beliau ditegakkan dan akhirnya menjadi semacam
gerakan nasional di seluruh wilayah Saudi Arabia hingga hari ini.
Pokok ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab
Sosok Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi pelopor gerakan ishlah
(reformasi). Sosok beliau muncul menjelang masa-masa kemunduran dan
kebekuan berpikir pemikiran dunia Islam, yaitu sekitar 3 abad yang
lampau atau tepatnya pada abad ke-12 hijriyah. Dakwah ini menyerukan
agar aqidah Islam dikembalikan kepada pemurnian arti tauhid dari
syirik dengan segala manifestasinya.
Sementara fenomena umat saat itu sungguh memilukan. Mereka telah
menjadikan kuburan menjadi tempat pemujaan dan meminta kepada selain
Allah. Kemusyrikan telah merajalela dan merata di hampir semua penjuru
negeri. Bid`ah, khurafat dan takhayyul menjadi makanan sehari-hari.
Dukun berkeliaran ke sana ke mari, ramalan-ramalan dari syetan sangat
digemari, sihir menjadi aktifitas umat, ilmu ghaib seolah menjadi
alternatif untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan umat
Islam.
Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab saat itu bangkit mengajak dunia Islam
untuk sadar atas kebobrokan aqidah ini. Beliau menulis beberapa
risalah untuk menyadarkan masyarakat dari kesalahannya. Salah satunya
adalah kitabut-tauhid, yang hingga kini masih menjadi rujukan banyak
ulama di bidang aqidah.
Dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini kemudian melahirkan
gerakan umat yang aktif menumpas segala bentuk khurafat, syirik,
bid`ah dan beragam hal yang menyeleweng dari ajaran Islam yang asli.
Mereka melarang membangun bangunan di atas kuburan, juga mengharamkan
untuk menyelimuti kuburan atau memasang lampu di dalamnya. Mereka juga
melarang orang meminta kepada kuburan, orang yang sudah mati, dukun,
peramal, tukang sihir dan tukang teluh. Mereka juga melarang tawassul
dengan menyebut nama orang shaleh seperti kalimat bi jaahirrasul atau
keramatnya syeikh Fulan dan Fulan.
Dakwah beliau lebih tepat dikatakan sebagai dakwah salafiyah. Dakwah
ini telah membangun umat Islam di bidang aqidah yang telah lama jumud
(beku) akibat kemunduran aqidah umat. Dakwah beliau sangat
memperhatikan pengajaran dan pendidikan umum serta merangsang para
ulama dan tokoh untuk kembali membuka literatur kepada buku induk dan
maraji` yang mu`tabar, sebelum menerima sebuah pemikiran.
Sebenarnya mereka tidak pernah mengharamkan taqlid, namun meminta agar
umat ini mau lebih jauh meneliti dan merujuk kembali kepada nash-nash
dan dalil dari Kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW serta pendapat
para ulama salafus shalih.
Di antara tokokh ulama salaf yang paling sering mereka jadikan rujukan
adalah:
a. Imam Ahmad ibn Hanbal (164-241 H)
b. Ibnu Taimiyah (661-728 H)
c. Muhammad Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (6691-751H)
Oleh banyak kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor kebangkitan
pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah, Pan
Islamisme-nya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan
gerakan lainnya di benua India. Paling tidak, masa hidup Muhammad bin
Adbul Wahhab lebih dahulu dari mereka semua. Dalam penjulukan yang
kurang tepat, gerakan ini sering dijuluki dengan wahabi. Namun istilah
ini tidak pernah diterima oleh mereka yang ikut mengembangkan dakwah
salafiyah.
Demikian sekelumit tentang gerakan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Maka dengan demikian, sesungguhnya dakwah ini juga dakwah ahlisunnah
wal jamaah. Sebab tetap berpegang kepada sunnah Rasulullah SAW dan
juga para jamaah (shahabat ridhwanullahi 'alaihim).
Para pendiri dakwah ini umunya bermazhab fiqih dengan mazhab
Al-Hanabilah, jadi tidak benar kalau dikatakan mereka anti mazhab.
Namun memang mereka tidak selalu terikat dengan mazhab tersebut dalam
fatwa-fatwanya. Terutama bila mereka menemukan dalil yang lebih rajih.
Oleh karena itu dakwah merka sering disebut La Mazhabiyyah, namun
sebenarnya lebih kepada masalah ushul, sedangkan masalah furu`nya,
mereka tetap pada mazhab Al-Hanabilah.
Dakwah ini jelas-jelas sebuah dakwah ahlisunnah wal jamaah serta
berpegang teguh dengannya. Mereka menyeru kepada pemurnian tauhid
dengan menuntut umat agar mengembalikan kepada apa yang dipahami oleh
umat Islam generasi pertama.
Sedangkan bila dikatakan bahwa dakwah ini mengharamkan ziarah kubur,
sebenarnya tidak juga. Sebab mereka pun mengakui bahwa ziarah kubur
itu ada masyru'iyahnya dari syariat Islam.
Dahulu Aku (Rasulullah SAW) melarang kalian ziarah kubur, namun
sekarang silahkan berziarah kubur. (HR Muslim dan merupakan hadits
Shahih dan terdapat dalam syarah imam Nawawi)
Hanya saja mereka agak lebih berhati-hati, agar jangan sampai niat
ziarah yang baik itu dirusak dengan praktek-praktek yang diharamkan.
Seperti meminta doa dari ahli kubur, meminta keberkahan, minta
diselamatkan, minta dilindungi, minta jodoh, rizqi dan sebagainya.
Sebenarnya praktek seperti inilah yang mereka takutkan. Dan memang
praktek seperti ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Sebab tempat
meminta itu hanya kepada Allah SWT saja, bukan kepada kuburan.
Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.
No comments:
Post a Comment